Kamis, 07 Agustus 2014

Untuk Maulida

Milaaduki sa'idah, SANAH HILWA, eh, SANAH HELWAH maksudnya.
Sanah helwah, maulll..
Sebelumnya, bisakah kalian bayangkan, bagaimana jika orang aceh tulen bersahabat dengan orang sunda? Adalah Pesantren Terpadu Al-Kahfi, Bogor yang mempertemukan mereka.

Ah, Maulida Narulita. Sesuai makna di balik namamu. Di usiamu yang ke-19 ini, kamu benar-benar menjadi akhwat yang cantik. Cantik hatinya, teramat cantik. Bahkan mungkin bidadari surga pun cemburu dengan kecantikan hatimu yang kemudian memancar dari wajahmu. Indah sekali.
Aku bahkan menitikkan air mata atas segala kebaikanmu untuk 7 tahun terakhir kita, Mau.
Malam ini, dibelai oleh angin malam, diantara rinai hujan, aku sedang mengingatmu. Mengingat saat pertama kali kita berjumpa. Aku berusaha mengingatnya, namun memori itu tak kunjung kutemukan. Yang ada hanyalah bayangan seorang perempuan dengan jilbab ungu lebarnya, dan mukena putih serta sajadah hijaumu yang dulu, Mau. Entah benar atau salah warna yang kuingat. Ingatanku tak setajam ingatanmu. Dan pertemuan kita terkahir kali, pada acara buka puasa bersama teman-teman SMA. Kau mengenakan jas OSPETA (OSIS-red) kita dulu (yang kemudian membuat teman-teman yang lain terkejut dan berusaha mengingat, dimana jas OSPETA mereka sekarang) dan dengan jilbab merah, kau tetap sederhana seperti dahulu.
Dari mana aku harus memulainya?
Terlalu banyak kebaikanmu yang membuat aku kesusahan untuk mengingat keburukanmu. Sekali lagi aku katakan, kamu teramat baik. Bahkan ketika hatiku benci hanya untuk mendengar namamu, kau selalu punya jutaan pintu maaf yang terbuka lebar tanpa menimang siapa yang salah. Dan kamu lakukan itu untuk semua orang. Untuk semuanya, bukan hanya untukku.
Sekarang kamu mungkin sudah terlelap sejak pesan BBM terakhirku tak kunjung kau baca. Kamu selalu punya solusi yang bijak untuk permasalahan yang aku adukan sejak kelas 7 hingga sekarang. Kamu selalu menenangkan, terlebih ketika kita berada pada tahun kelima di Al-Kahfi. Tahun ketika amanah besar itu aku emban, juga tak kalah besar amanah untukmu, tahun penuh tangis untukku. Aku terkadang bingung, darimana kamu mendapatkan solusi sebijak itu. Ah, kamu memiliki hati yang jernih, tentu saja solusimu sejernih hatimu. Kamu juga selalu punya waktu untuk membalas curhatan paling sepele, "Mau, perut aku sakit banget nihh" {}
Kamu juga suka berbagi. Bahkan mungkin ketika kamu hanya memiliki sebutir permen, kamu akan tetap membelahnya, memberikannya pada orang lain. Semua merasakan kebaikanmu, Mau.
Pada akhirnya aku tahu, darimana kamu mendapatkan hatimu. Semua itu sempurna terwariskan dari kedua orang tuamu.
Ingatanmu tajam sekali, Mau. Kita sama-sama masuk ke kelompok khusus tahfidz sejak kelas tujuh. Juga bersama Nita dan Sofi. Mungkin awalnya, jumlah hafalanku lebih banyak. Tapi pada tahun kedua, kamu melesat. Cepattt sekali. Sangat cepat, meninggalkan aku dan kecemburuan -sesaatku. Ya, dulu aku cemburu paadamu. Bagaimana bisa dia menghafal begitu cepat, kemudian menyetorkan hafalan dengan fasih dan teramat lancar. Tapi, kebaikanmu kemudian membuat cemburuku pergi, jauh. Pantaslah pada akhir tahun 2011, kamu menyelsaikan hafalanmu, jauh lebih dulu dariku.
Tidak seperti dirimu, aku terengah-engah menghafalkan Qur'an. Bahkan ketika kamu sudah menyetorkan murojaah (mengulang hafalan yang sudah dihafal) 30 juz hafalanmu, aku masih belum bisa sampai pada titik itu. Tapi kamu tak pernah tinggi hati,tetap ada ketika aku mengeluh lelah "Mau.. Kok susah banget sih ngafalin Qur'an" "Mauu.. Kayaknya aku ga sanggup deh nyelesein hafalan, capek, Mau" "Mau, gimana sih biar nyetornya lancar kaya kamu?" "Mauuuu.. Bentar lagi ujian tahfidz. Kamu pasti udah murojaah banyak" masih banyak "Mau.." "Mau.." lainnya. Bahkan sampai saat ini, "Mau, kamu setahun ini dapet murojaah juz berapa aja? Aku cuman segini nih.. Alhamdulillah sih tapi" "Mau, ayo kita balapan murojaah juz 27 yahhh".
Satu lagi, hatimu teramat mudah tersentuh. Sejak dulu hingga saat terakhir kita bertemu. Yang paling aku ingat adalah ketika kita menonton film atau cuplikan video, sejenis itu, kamulah orang yang pertama kalo menangis atas adegan haru, marah-marah ketika ada yang terzolimi dalam adegan tersebut. Kamu bahkan bisa menangis ketika hanya menonton penggalan akhir film, tanpa mengikuti dari awal, aku yang sedari awal ikut menonton bahkan tak menitikkan air mata. Kamu bisa dengan mudah merasakan apa yang orang lain rasakan.
Tanganmu begitu ringan, menolong siapapun tanpa peduli bagaimana kondisimu. Semua orang mencintaimu.
 Maulidaaa.. Today i'd like say thank youuu for being my most bestiet friend for this 7 years and later♥
Terima kasih, untuk mengajarkanku nilai memaafkan dan tidak menyimpan dendam serta arti peduli, atas pembelajaran dalam memecahkan masalah, memberitahuku pentingnya kesabaran dan kelembutan. Terima kasih telah sedikit men-sunda-kan orang Aceh ini :')
Satu lagi, terima kasih untuk doa-doa yang kau lesatkan ke hadapanNya. Semoga kamu juga jadi asisten di semester lima nanti, asisten laboratorium farmakologi. Semoga kita sama-sama menjadi dokter yang sholihah dan haafidzoh, kemudian berkumpul bersama di syurga-Nya. Semoga kita sama-sama saling menguatkan dalam dakwah penuh duri ini. 
Aug 6th 2014. 2:25 AM
With L♡ve,
Hilwa salsabila (juga Nita dan Sofi)
Ini, ada soft birthday card dari Nita, soft birthday card aku.. hahaha jadi konsumsi kita aja yaaa.. bahaya kalo di sebar ;)

2 komentar:

  1. amiin..
    hanya bisa mengaminkan doa diwaktu yang sangat terlambat untuk mengucap happy bornday maulida :)
    semoga persahabatan kalian kekal hingga jannahNya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ka nadiyaaa makasih sudah berkunjung :)
      Amiinnn, doa yang sama buat ka nadiya^^

      Hapus