Kamis, 08 Mei 2014

Spesial Pake Keju buat A-03 Hari Ini


Alkisah, di sebuah laboratorium fisiologi milik universitas ternama di planetnya, berkumpul empat kelompok mahasiswacalon dokter  tingkat satu yang masih unyu-unyu kece. Jam setengah delapan, pelataran laboratorium sudah mulai terisi dengan mahasiswa rajin yang rumahnya nun jauh di seberang pulau. Jam 8 kurang 15 menit, mahasiswa rajin yang tinggal di ujung pulau mulai berdatangan. Dan jam 8 kurang 2 menit, mahasiswa yang merajinkan diri, yang rumahnya tetanggaan sama kampus mulai terlihat batang kakinya di depan lab. Sedikit berlari sambil memakai jas lab.

Dan tepat jam 8 pagi, keriuhan di depan lab memuncak.
"Eh, pinjam laporan, lah. Pembahasannya udah buat kan? Ketiduran semalam aku"
"Ajarin lah, belum belajar ni"
"Aduhhh.. Bawa handscoon (sarung tangan karet) gaaa? Mati punya awak ketinggalan"
"Kalo kadar hemoglobin wanita hamil berapa?"
"Oi, minta tisu lah sikit, lupa bawa. Buru-buru tadi"
"Matiii.. LUPA BAWA LOG BOOKKK! KEK MANA NI?"
"Lupa bawa? Alhamdulillah, awak ada kawan. Awak juga ga bawa, tenang aja"
"E, kalian gak bawa log bok juga? Sama kita"
"Alhamdulillah, rame rupanya yang ga bawa. Kirain aku aja tadi yangbga bawa log book"
"Log book lupaa.. Alah, padahal semalam udah ingat. Satung tangan juga lupa. Eh, tisu juga gaada. Matilah"
"Jadi ko bawa apa ke kampus, Oi?"
"Yang apusan darah di tes juga nanti? Eh, gaada tu di buku. Kek mana?"
"Eh, kelas aku siapa dokter yang ngawasnya?"
"Enak kali kok kalian yang ngawas dokter itu.."
"Dokter kelas kalian baek juga tu, kemaren kami pas latihan sama dokter itu. Enak ee"

Semua keributan berhenti ketika Pak laboran yang terkenal galak keluar dari lab dan kemudian mengabsen mahsiswa. Pak laboran memanggil satu per-satu mahasiswa untuk masuk. "Kalian masuk berdua-dua. Yang belum dipanggil tidak boleh masuk. Bagi yang sudah selesai evaluasi di dalam, tidak boleh keluar. Tetap di dalam laboratorium. Mengerti?

Eh? Ada apa pagi itu? Jadi, pagi itu para mahasiswa unyu-unyu akan menghadapi sesi evaluasi skill lab atau lab keterampilan. Sesi evaluasi mereka jalani setelah melewati 2 sesi latihan. Dan tema praktikum pagi itu adalah tentang darah! That's why mereka butuh sarung tangan dan tisu. Satu lagi benda wajib yang harus ada! "LOG BOOK" buku kotak-kotak yang tiap semester ganti warna cover ini wajib diisi ketika sesi evaluasi. Apa yg diisi? Yang harus diisi adalah apa yang sudah bisa kita lakukan dan apa yang belum bisa kita lakukan setelah melewati 2 sesi latihan dan 1 sesi evaluasi, juga akan diisi dengan komentar dokter atau instruktur nya.

Selama dua jam, sesi evaluasi untuk empat kelas pertama akan dilangsungkan. Dan dua jam berikutnya, dilanjutkan evaluasi untuk empat kelas kedua. Penduduk empat kelas pertama pagi itu terlihat cemas-cemas-bahagia. Cemas karena hendak menghadapi sesi evaluasi, bahagia karena sesudah jam 10 mereka akan bisa bebas berlari berkejaran ala india tanpa ada hambatan, tak ada kuliah lagi setelahnya. Momen langka bagi mereka yang biasanya kuliah hingga gerbang kampus hampir ditutup.

Eits, tunggu dulu! Jangan terlalu cepat bahagia. Ketika waktu hampir menunjukan pukul 10 tepat, yang artinya seharusnya semua mahasiswa sudah bisa mengambil langkah seribu menuju tempat makan karena belum sarapan, ternyata masih ada satu kelas yang bernasib kurang beruntung pagi itu. A-03. 7 dari 13 penghuni kelas itu masih berada di luar, atau pernyataan barusan berarti juga mereka belum melaksanakan sesi evaluasi disaat tiga kelas lainnya sudah hampir menyelesaikan sesi evaluasi.
"Eh, kok kelas kita lama kali?! Liat lah itu kelas lain udah mau selesai. Dokter siapa yang ngawas kelas kita?"
"Itulah, liat tu, anak yang mau praktikum habis kita aja udah mulai datang"
"Kenapa lama kali? Aku ada janji rapat pulak jam 10"
"Kita kok ga dipanggil-panggil?"
"Karena yang di dalam belum selesai"
"Kenapa lama kali? Kelas lain udah siap. Capek kita tunggu"
"Eh, tadi katanya si Nisa (teman sekelas mereka juga) dimarahin sama dokternya, anak kelas kita yang lain juga dimarah-marahin tau"
"Kenapaaaa?"
"Gak tau lah aku, mana kutau, orang itu di dalam. Katanya gara-gara ga bisa. Katanya sih"
"Kayaknya dokter itu teliti kali, lah"
"Iya lahh.. Dokter itu kan spesialis nya memang di bidang yang lagi kita pelajarin ini"
"Mampus lah awak, belajar lagi yok"

Kemudian sisa 7 pasukan kelas A 03 kembali belajar. Sebut saja namanya, Anji sang ketua, Marza, Salsa, Rehan, Nunu, Renda dan Cloudia. Dan kalau mau tahu, 5 dari 7 orang itu tidak membawa log book. Boleh kasih tepuk tangan yang meriah dan kata-kata pengantar terakhir sebelum mereka habis dilibas dokter pengawas mereka yang di dalam sudah esmosi marah-marah melihat kelakuan 6 teman mereka yang mungkin kurang mempersiapkan diri untuk evaluasi hari ini. Em.. Sebenarnya 7 teman sisanya juga gak lebih baik sih, sama-sama kurang nyiapin diri. Kurang nyiapain diri buat nerima luapan emosi doker maksudnyaaa.. Hehehe.

3 dari 5 orang yang (katanya) tidak sengaja meninggalkan log book mereka di rumah akhirnya berhasil membujuk orang-orang terdekat mereka untuk mengantarkan buku keramat itu ke kampus. Yang satu, Cloudia, minta tolong sama Kakaknya, yang satu lagi, Rehan, minta tolong sama Kakanya juga. Yang satu lagi, Salsa, karena di rumahnya hanya ada kakeknya, akhirnya cucu berbakti itu minta tolong ke temennya buat jadi maling ber-SIM B (surat izin mengambil barang) ke rumahnya. Dua lagi? Pasrah akan memasuki lab tanpa buku keramat itu. Marza dan Nunu.

Tapi ketika jam tangan mereka mulai menunjukan pukul 11, jumlah mereka belum berkurang secara signifikan. Masih ada 6 orang lagi yang udah kayak pengungsi nungguin giliran masuk di depan lab. Ada yang selonjoran, bersila sambil nunduk nahan ngantuk, ada yang megang perut kelaparan, ada yang nyender pasrah. Mereka dengan sabar menjawab pertanyaan dari tiga kelas lain yang satu per-satu mulai keluar dari lab "Kalian kok belum masuk?". Pertanyaan serupa juga ditanyakan oleh empat kelas yang baru datang yang seharusnya masuk setelah empat kelas pertama selesai.

Jam setengah dua belas, tiga orang-pun masuk. Anji, Marza dan Salsa. Deg-deg an udah ilang, udah expired sejak jam 10 tadi. Yang tersisa hanyalah rasa kesal. "Uh, lama kali!". Mereka bertiga berusaha mengerjakan keterampilan dengan baik, namun ada saja yang membuat dokter pengawas marah-marah dengan mata sedikit lebih melebar. Uh, menyeramkan. Salah ini, salah itu, nggak teliti, salah teknik, lelet, salah penghitungan. Banyakkk sekali salah kelas itu. Suara dokter-pun semakin lama semakin meninggi.
"Kalian itu ya, ngapain aja pas sesi latihan? Keliatan yang mana yang belajar yang mana yang enggak"
"Saya kan sudah pernah bilang, satuan itu harga mati! Harus kalian hafalin"
"Coba kamu hitung, tulis gimana rumus hitung jumlah leukosit!"
"Udah selesai yang laju endap darah? Yaudah, ayo lapor!"
"Jangan lama-lama milih pipa nya, ambil aja satu, cepet"
"Itu apusan darah kamu? Salah! Ulangi lagi. Kalo mau buat apusan itu, buatnya di depan saya. Jangan tunjukin yang udah jadi. Gimana saya bisa nilai kamu udah bisa apa belum kalo gitu! Ulang lagi!"
"Gak bisa kalian lari dari saya hari ini! Saya liatin satu-satu kerjaan kalian! Jangan berpikir bisa lari ya, kalian!"
Wajah sedih memelas ampun-pun sama sekali tak menurunkan emosi dokter, tak menyentuh rasa ibanya.

Sekitar 45 menit kemudian, Marza, Anji dan Salsa menyelesaikan sesi evaluasi mereka.Marza yang buku keramatnya ketinggalan ternyata harus pulang saat itu juga untuk mengambil log book. Karena sore itu juga, sang dokter akan pergi keluar daerah sampai hari Senin, sehingga tidak bisa dijumpai untuk meminta tanda tangan susulan di buku log book. Pun begitu dengan Nunu.

"Rasanya semua orang udah mau za tabrak tau. Ceeepat kali tadi za bawa motor. Takut dokternya udah kelaur dari lab. Tau kalian.. Ngeri kali Ya Allahhhh. Untumg ga kenapa-napa tadi di jalan" setengah menangis Marza heboh bercerita kepada kami.
Lain lagi dengan Nunu,
"Aku udah mau nangis tadi di rumah, gak tau lagi buku ini ada dimana. Untung ketemu"
Yang lain menanggapi dengan heboh di ujung ruangan lab yang besar itu.
Salsa yang duduk tepat menghadap dokter di ujung sana langsung terdiam. Berbisik,
"Sstt.. Diamm.. Dokternya liatin kita. Ngeri kali woy"
Semua terdiam. Tidak ada yang berani bahkan untuk melihat ke arah dokter.
5 detik..
Ketika Salsa mencoba melihat ke arah dokter,
Uh, tatapan tajam masih diarahkan kepada penghuni A-03 yang sudah selesai di ujung lab dan sedang menunggu penghuni lain yang masih di-'evaluasi' oleh dokter.
Tak ada lagi suara.
Jam setengah satu. Bahkan empat kelas terkahir sudah hampir menyelesaikan sesi mereka.
"Gila, dari jam 8 kita disini. Aku udah lapar kali ni woy"
"Aku juga ga sempat makan pagi tadi"
"Liatlah tu, kelas B aja udah mau siap. Kita kelas A dari tadi gak siap-siap"

Dokter tak peduli, setelah semua selesai dan peralatan telah di cuci bersih, dokter ternyata masih kiat untuk berbicara 20 menit lagi. Bla bla bla
"Saya marahin kalian bukan apa-apa. Kalo gak saya marahin,santai semua kalian. Habis kalian kalau ujian OSCE (ujian praktek keterampila akhir semester) nanti! Gaada yang lulus kalian"
"Kalau saya senyumin aja kalian, nanti lama-lama ngelunjak kalian semua! Kayak kakak-kakak kalian"
"Makanya sesi latihan itu, jangan main-main aja! Belajar yang betul!"
"Masa mau ngambil darah pake pipet isap aja gak bisa."
"Ini tuh, keterampilan! Harus sering dilatih biar ahli!"
"Kalau nanti kalian internship di desa, di tengah hutan? Jadi dokter sendirian disana? Ya harus kreatif! Nanti di sana nggak ada alat-alat canggih kayak disini. Kalian yang bikin sendiri nanti!"
"Ketika sesi belajar mandiri, semua harus memperbaiki apa yang kalian gak bisa hari ini. Harus!! Kalo nggak, dibantai semua kalian pas  OSCE nanti"

Dan kemudian ternyata dokter nha masih cukup kuat untuk mencontohkan cara membuat apusan darah yang benar dan cara mengambil darah pada jari. Terakhir, terucap juga kata "Maaf" dari mulut dokter sebagai tanda bahwa beliau akan segera menyudahi semua latihan militer, eh, sesi evaluasi hari ini maksudnya.

 Gile bener ini dokter, terlalu bertanggung jawab. "Tapi bagus sih, kita jadi ngerti" komentar Marza. "Iya sih, tapi gak selama ini juga" Fahmi yang udah hamoir nangis mengiyakan kemudian membantah. "Sumpah, tapi aku nggak pernah masuk sesi evaluasi selama 5 jam kayak gini"
Akhirnya, jadilah jam satu lewat, kelas A-03 baru sukses keluar dari laboratorium itu. Tak ada acara bermain, berkejaran di taman ala India setelahnya. Mata mereka semua mendadak sayu, bahkan untuk makan bersama-pun enggan. Langkah kaki lunglai, tubuh lesu karena belum mendapat energi sejak pagi dan ternyata harus mengeluarkan energi ekstra untuk menghadapi sesi evaluasi pagi ini.

Spesial pake keju pake telor ceplok buat A-03 hari ini. Anji, Arra, Jali, Yudhi, Bundo, Maghfi, Rehan, Fahmi, Marza, Nunu, Renda, Cloudi. Lima jam tadi pagi cukup bikin kita jadi spesialis patologi klinik semua ya? Hahaha..
Bumi Auliya. 10:52 PM

4 komentar: