Rabu, 28 Mei 2014

Selamat!

Hari ini, tepat hari ini. Mungkin bukan pada tanggal yang tepat. Namun hari ini, momen itu, tepat sama. Pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) atau lebih merakyat dengan sebutan 'undangan'.
Siapa yang tak ingin ditolak oleh undangan masuk universitas. Tanpa tes. Diterima lewat jalur undangan juga berarti harus segera mengakhiri masa bimbingan belajar untuk tes tertulis masuk universitas, mengakhiri try out, mengakhiri kerutan  dahi ketika mengerjakan soal fisika, mengakhiri setidaknya untuk beberapa bulan kedepan. Beberapa bulan, bukan hitungan hari atau minggu. Libur teramat panjang untuk siswa yang telah menempuh 12 tahun belajarnya tanpa libur panjang.

Setahun yang lalu, di atas kereta commuter line Bogor-Jakarta. Aku tahu persis apa yang kau rasakan siang tadi. Setahun yang lalu, tepat pukul lima sore, disaksikan oleh seluruh penumpang kereta.
Ya, walau saat itu aku berharap besar pada beasiswa ke Turki, tapi sebuah pengharapan tetaplah pengharapan. Ia selalu mengundang gemetar, debar jantung hebat dan pikiran yang bercabang. Sore itu, di atas commuter line, mungkin aku menjadi cacing diantara para manusia. Terlebih setelah mereka yang sudah mengetahui lebih awal pengumuman itu.
Gizi IPB,
FK UNDIP,
FK UNS,
FK UNPAD dua orang,
FK UNHAS,
FKG UNPAD,
FIKOM UNPAD,
FKG UNSOED,
Peternakan IPB,
Ilkom IPB,
FKH IPB,
Dan masih banyak kabar baik dari teman-teman yang lain. Sore itu, jutaan syukur terbang menerobos tujuh lapis langitMu, semua bersujud takzim, memuji asmaMu.
Tapi tidak, tidak semua orang tersenyum bahagia sore itu. Ada pula yang harus menghapus senyumnya dan menguatkan hati yang seakan retak. Tak punya harapan lagi. Kecewa. Jantung semakin kencang berdetak, nafas semakin cepat. Berusaha mengulum senyum, memupuk asa bahwa kesempatan masih ada. Masih, melalui ujian tulis.
Pun begitu yang terjadi padaku sore itu. Setelah dua atau tiga kali membuka situs pengumuman melalui hp. Meyakinkan bahwa apa yang tertulis memang benar adanya. "Maaf, Anda dinyatakan tidak lulus SNMPTN 2013" aku tidak berusaha untuk mengingatnya. Dunia seakan berhenti sore itu. Merutuki diri sendiri "kenapa FK Unsyiah ga dipilih pada pilihan pertama? Kenapa harus ITB? Terlalu idealis". Sedih? Ya. Amat. Belum bisa memberi kabar gembira untuk kedua orang tua ketika tiba di rumah nanti. Masih jarus berjuang bimbel, berkutat dengan soal-soal.
Huft, ya.. Tak apa. Toh kesedihan tidak bertahan lama sepertinya. Setibanya kembali ke kaki gunung salak, tempat yang membesarkanku enam tahun lamanya.
Ya, di sana. Kami, yang sama-sama harus berjuang lagi, kami saling memupuk asa, bahu membahu menguatkan satu sama lain, saling membantu, mengusap kekecewaan yang keluar bersama air mata. Tak ada yang perlu disalahkan, itulah takdir. Sore itu, Ia menguji kami, tentang sebuah penerimaan. Tentang rasa syukur akan nikmat kebersamaan yang kami lalui setelahnya.
***
Tapi hari ini, dia. Yang duduk disebelahku setahun lalu ketika aku membuka situs paling sakral itu, ya adikku. Dia yang ikut terkaget ketika kata "maaf" yang muncul pada layar hp.
Ya, dia juga merasakan sensasi yang sama siang tadi. Namun dengan reaksi yang berbeda. Tahun ini, dia masuk dalam deskripsi pertama.
Siang tadi, ribuan syukur ia terbangkan ke langit. Melesat, cepat.
"Selamat, anda dinyatakan lulus SNMPTN 2014. Universitas Padjajaran, jurusan Psikologi"
Begitu jelas tulisan pada layar hp-mu siang tadi.
Selamat, Naqiyya Az-Zuhra. Selamat menempuh hidup baru, menjadi mahasiswa. Selamat membaca warna-warni kampus. Selamat bergabung dengan lingkungan yang heterogen. Selamat libur panjang. Dan.. Selamat berjuang, tanpa aku, nun jauh di propinsi paling barat-nya jawa. Akhirnya kita berpisah setelah sejak TK selalu masuk ke sekolah yang sama.
Sebenarnya, beberapa minggu yang lalu, ketika kita bicara soal kemungkinan kita akan kuliah bersama di UNPAD dengan status sama-sama mahasiswa baru, kos bersama. Naqiyya di psikologi dan aku di FK. Ya, mungkin itu bisa saja terwujud. Toh Ummi setuju kalau-pun aku kembali 'mencoba' tahun ini.
Tapi tidak, ada yang lebih membutuhkanku di sini. Di tanah kelahiranku. Ada yang harus aku perjuangkan bersama. Ada janji yang harus aku penuhi.
Maka, selamat berjuang. Semoga bisa menjadi penerus jejak Abi dan Ummi.
Seperti candaan kakek tadi siang setelah kukabarkan berita gembira ini, "Nanti kalian bisa kerjasama buka praktek berdua. Dek ya untuk jiwa, Kak iwa untuk raganya" semoga benar menjadi kenyataan beberapa tahun kedepan.
Proud of ya, sist!
Barakallah, selamat ^^

Tanoh lon sayang, 27 Mei 2014.

2 komentar:

  1. Subhanallah iwaa merinding bacanyaa :""") salam untuk naqiyya ya waa, selamat dan sukses selalu amiin :)

    BalasHapus
  2. Wahhh dibaca sama bundoooo.. iya okeee.. sukses juga buat ibu arsitek!

    BalasHapus