Seharian kemarin ternyata gue harus
nyangkut ikutan ke sana-ke mari, ngikutin om dan mak cut (Tante) gue, gegara
gue memutuskan untuk ikut naik mobil mereka, ga pergi sendiri naik motor ke
pengadilan tadi pagi. Seharian gue udah sampe ke Ulee Kareng, trus ke Pante
Riek, lurus lagi ke toko Mak Nda (tante) gue di Pagar Air, ke kantor Taspen
yang depan kantor walikota, ke Pasar Aceh lagi gegara Mak cut gue nyari sepatu, ke rumah Yah wa (om) di
Lampaloh, terakhir makan ikan bakar di pinggiran sungai Lamnyong. Huft lelah
juga tapi, dari siang rasanya aer wudhu pengen ditelan aja, hoho becanda, batal
dong entar -.-
***
"Kak iwa, ikut yuk ke pengadilan,
jam delapan kita pergi! Biar kak iwa tau, sekali-kali liat pengadilan. Jangan taunya kampus aja. Biar ada pengalaman hidup" pagi-pagi Mak cut ngajakin gue ke pengadilan saat gue lagi berusaha meng-engkol motor di teras rumah
(yang akhirnya gue gagal ngidupin motor pake engkol karena tiba-tiba abang yang mau nganterin ade sepupu gue ke sekolah nongol di pintu pagar. Otomatis gue langsung meninggalkan engkol motor dan nge-starter motor, trus ngibrit ke dalem sebelum si abangnya sampe ke teras rumah)
jam delapan kita pergi! Biar kak iwa tau, sekali-kali liat pengadilan. Jangan taunya kampus aja. Biar ada pengalaman hidup" pagi-pagi Mak cut ngajakin gue ke pengadilan saat gue lagi berusaha meng-engkol motor di teras rumah
(yang akhirnya gue gagal ngidupin motor pake engkol karena tiba-tiba abang yang mau nganterin ade sepupu gue ke sekolah nongol di pintu pagar. Otomatis gue langsung meninggalkan engkol motor dan nge-starter motor, trus ngibrit ke dalem sebelum si abangnya sampe ke teras rumah)
Hmphhh.. Pengadilan ya? Huahh pengen
banget ikutann.. Gue sebelumnya sama sekali ga pernah ke pengadilan. Paling
jaman dulu pas suka nontonin gosip di tv, ngeliat artis bolak-balik ke
pengadilan buat cerai atau ga palingan ke pengadilan mainan di Kidzania pas SMP
dulu. Jadi penasaran banget, bagaimanakah pengadilan yang sebenarnya?
Akhirnya dengan berat hati, pagi itu gue
izin tahfidz ke temen gue yang udah nyampe ke Masjid Oman duluan (soal tahfidz
ini, nanti kita ceritain ya), dan langsung ganti kostum buat ke pengadilan.
Ngapain sih ke pengadilan? Ngikut doang,
nemenin om gue yang mau di sidang pagi itu. Kalo kata mak cut sih,
"gantiin ummi sama abi yang gak bisa datang ya, Wa". Hem.. Baiklah.
Jadi om gue ceritanya harus disidang
karena difitnah sama orang lain. Padahal om gue orang baik banget, ga bohong
deh. Dokter juga, pernah jadi dokter teladan nasional, lo bayangin aja gimana
coba. Gua ampe ikutan sedih banget. Ada ya orang tega ngefitnah gitu. Eh, udah
gausah bahas gituan.
Kalo cerita om gue yang ini, gaada
abisnya. Baik beuddd, trus paling seneng sharing tentang
penyakit-penyakit gitu, atau gak ngejawab pertanyaan-pertanyaan gue. Pas gue
nginep di rumahnya aja, diajakin ikut praktek di tempat praktek om gue, sambil
dijelasin tentang penyakit pasiennya, berasa jadi dokter muda di rumah sakit
gue malem itu.
***
Jam 8, om gue, mak cut, cicik (kakek) dan
gue berangkat dari rumah. Sebelum gue masuk mobil, om gue nanya "kak iwa,
apatuh doanya yang Rabbisy abis tu apa? Yang terakhirnya yafqahu
qauli" hem, gue tersenyum. Ya oke, sifat alamiah manusia, merasa butuh
sama Tuhannya memang selalu ada, dan terbukti banget itu tuh.
Dengan semangat, gue melafalkan do’anya
nabi Musa, as ketika berhadapan dengan Fir’aun. “Rabbisy rahli shadrii, wa
yassir li amri, wahlul ‘uqdatam millisaani, wafqahu qauli” trus gue bacain
artinya karena beliau nanya artinya. “artinya bagus kali (bagus banget) ya
ternyata” komentar om gue setelah gue
bacain artinya. Cicik ikut meng-iya-kan dan dilanjutkan dengan nasehat-nasehat
supernya yang ga kalah super sama Mario T***h.
Jam 8 lewat kita sampe ke pengadilan. Ohh
ini dia ternyata pengadilan.. baiklah.
Nyak mi (Tante (juga)) sampe ke
pengadilan bersamaan ketika mobil kami masuk ke gerbang .
Tapi kata mas resepsionisnya, sidang akan
dimulai jam 10. Yak bagus, masih 2 jam
lagi.
Kami berlima menunggu di tempat menunggu.
Gue ga bilang ini ruangan karena memang bukan ruangan. Tempatnya terbuka tanpa
pintu. Ada 2 kursi panjang di sana dan di depan kursi tersebut ada dua ruangan
penjara. Yang satu untuk wanita. Yang satu untuk pria.
Demi melihat penjara secara langsung,
mata gue terbelalak. Excited tingkat tinggi. Penjaranya kosong. Pelan-pelan gue buka pintu penjara yang nggak
kekunci itu. Trus gue masuk dan nutup pintu penjara. Gini ya rasanya di
penjara. Nudzubillah, gue merinding sendiri. Cuman ada ruangan kosong, 2 kursi
panjang dan satu kamar mandi, serta sebuah pintu berjeruji.
![]() |
Ruangan penjara dilihat dari depan. (sumber: dokumen pribadi) |
![]() |
Didalam pendajara. (sumber: dokumen pribadi) |
Setelah puas nge- tawaf di dua penjara,
gue keluar dan ikut duduk di samping mak cut. Abis ngotak-ngatik tab dan hp,
gue akhirnya murojaah dan tilawah, supaya om gue bisa lebih tenang. Kan dengan
berdzikir, hati kita menjadi tenang J
Sekitar
jam setengah sebelas, suara mobil besar terdengar dan.. satu petugas
masuk ke tempat kami nunggu. Petugas itu nge buka pintu penjara wanita,
memastikan sesuatu. Pun melakukan hal
yang sama ke penjara laki-laki.
Dan gak lama, belasan laki-laki
berpakaian biasa, dateng dan… masuk ke dalam penjara. Gue tercekat, spontan
berhenti tilawah dan mengamati mereka. setelah mereka masuk, pintu dikunci.
Tahanan perempuan hanya ada satu orang, juga diperlakukan hal yang sama. Di
belakang mereka ada polisi yang megang pistol panjang. Seram kali, Wak! *ala
Aceh*
Ternyata, mereka adalah tahanan yang mau
disidang hari itu.
Gak butuh waktu lama sampe tempat tunggu
itu dipenuhi keluarga dan kerabatnya para tahanan. The point is keluarga
memang terbukti ‘lebih setia’ dibandingkan temen-temen sendiri. Makanya, jangan
suka durhaka sama keluarga. They are your everything :’) hiks jadi
kangen si bontot.
Satu per-satu dari mereka kemudian
memakai baju tahanan dan keluar menuju ruang sidang. “Huft, curang banget, masa
kita yang duluan nyampe, eh malah mereka yang duluan disidang” hahaha baiklah,
gapapa kok.
Jam 11 kurang sepuluh menit
waktuIndonesiabarat giliran kami masuk ke ruang sidang. Ternyata, mau sidang di
pengadilan harus ngantri ya. Bayangin se-bosan apakah para hakim?
***
Pertama, let me tell you, bagaimana
penampakan ruang sidang? Ruangannya kotak, seperti biasa. Duduk di depan, ada
tiga orang hakim dan satu panitera pengganti. Di tengah terdapat satu kursi
untuk orang yang mau disidang (berhadapan dengan hakim), di sebelah kananya ada
penasehat hukum dia (yang bakal ngebela dia) dan di sebelah kirinya ada
penuntut (yang menuntut dia). Dan dibelakang
si ‘objek’ sidang ada banyak kursi panjang yang berjejer rapi dengan
dibatasi pagar pendek. Di situlah tempat gue, cicik, nyak mi dan mak cut duduk.
Om gue? Di kursi tengah dong. Pengacara om gue di sebelah kanannya.
Kedua, proses sidang. Sebelum masuk ke
ruangannya, hp harus di non-aktikan atau di-silent dan kalau sudah msuk ke dalam, jangan harap
bisa ngobrol. Sudah ada petugas yang siap menegur kita kalau-kalau ada suara
dari kursi ‘penonton.
Ngeliat itu petugas, gue jadi keingetan waktu kita OSPETA (OSIS-nya SMA Al-Kahfi) ngejagain di pintu-pintu dan pojokan masjid supaya anak-anak ga pada ribut. Hohoho..
Sidang kemarin dijadwalkan hanya untuk
mendengar gugatan. Maksudnya? Ya kita datang cuman untuk mendengar, apakah
gerangan sesuatu yang membuat om gue duduk di kursi panas pengadilan itu.
Sidang dibuka dengan tiga kali ketukan
palu.
Sebelum mendengar tuntutan, hakim
memeriksa identitas orang yang duduk di hadapannya, kemudian memastikan bahwa
yang duduk di sebelah kanan si ‘objek’
sidang adalah benar penasehat hukumnya. Baru setelahnya tuntutan dibacakan oleh
penuntut.
Di saat gue dan mak cut serius berusaha
mendengarkan si penuntut (yang ngomongnya rada cepet dang a jelas gitu)yang
membacakan berlembar-lembar tuntutannya, di saat semua penonton deg-deg an,
maka gue ketika gue ngeliat ke salah satu hakim.. oh, pak hakim nya ternyata
sedang memejamkan mata dengan tangan
yang sedikit digerak-gerakkan di
dagunya.
Huft, bapak hakimnya ngantuk, mungkin
sudah terlalu terbiasa menjalani sidang, nggak seperti kami yang baru pertama
kali ikut sidang, jadi bener-bener konsentrasi ngedengerin si penuntut nya.
Gue juga akhirnya ikutan bosen. Karena
gue duduk di ujung, maka diam-diam gue buka tas dan maen hape sambil
ngeliat-liat ke si petugas.” Maapin aye ya, Pak petugas. Noh pak hakim aja yang
ditegur duluan.”
Selesai mendengar tuntutan, hakim akan
member kesempatan kepada penasehat hukum untuk berbicara sebelum akhirnya hakim
ketua mengetuk palu sebanyak satu kali tanda sidang telah selesai.
Karena jadwal sidang hari ini Cuma
mendengarkan tuntutan, jadilah hanya dalam waktu setelah setengah jam, sidang
selesai. Sebenernya istilahnya bukan ‘sidang selesai’ tapi, ‘sidang ditutup dan
akan dilanjutkan minggu depan’. Agenda sidang minggu depan adalah mendengarkan
kesaksian dari saksi.
K,eluar dari ruangan sidang, gue dapet
tugas baru. Membawa tas yang isinya berkas yang beratnya super. Oh, gue
langsung merasa penting dan harus dilindungi dari ancaman para mafia yang mau
nyuri berkas-berkas data punya om gue *plak!
Baiklah, sudah larut. Sekian dan
terimakasih. Semoga bermanfaat *tutup laptop*
Darussalam,
Aug 15th 2014/frid
yayaya!!
BalasHapusthank udah bantu angkat berkasnya!!!
Yoyoyo!!
HapusSama sama yaaa!!
Makasih juga sudah berkunjung ke blog kak iwa, Pal :)