Aku duduk di tengah rerumput. Di antara
semilir angin dan desingan mobil serta
motor. Di antara pepohon yang dengan daun rimbunnya membuat matahari tidak
terlampau terik. Di antara para muda-mudi yang tengah berlatih tari bersama
komunitasnya. Pun diantara keluarga yang menghabiskan akhir pekan mereka bersama,
melingkar dan menyantap makan siang diatas rumput yang sama denganku, di tempat
yang sama, di taman yang setiap sudutnya sarat dengan nilai sejarah. Taman
Putroe Phang.
Beralaskan hijaunya rumput, aku terdiam
di salah satu sudut taman. Terdiam dengan pikiran yang jauh berbeda ketika aku
datang kesini satu setengah jam yang lalu, satu setengah jam terakhir sempurna
menambah kecintaanku pada kota kecil ini, Banda Aceh.
Selalu ada alasan untuk mencintai Banda
Aceh. Dan akan kuutarakan alasan terakhir yang mebuat hatiku semakin mengagumi
kota kelahiranku ini.
Adalah Taman Putroe Phang, Kandang dan
Gunongan yang selama ini terlewatkan, dilihat dengan sebelah mata ketika
sepintas lewat di jalanan sekitarnya, ternyata kedua tempat yang awalnya
menyatu ini menjadi saksi atas kehebatan sejarah Banda Aceh pada jaman Sultan
Iskandar Muda.
Biar kuceritakan Gunongan terlebih
dahulu.
Bangunan ini putih, menjulang tinggi dengan dinding yang tebal dan ukiran yang khas. "Arsitek nya dari Turki" kata Pak Pemandu santai, tak sesantai pikiranku yang dengan cepat berpikir "Ini menjadi salah satu bukti kedekatan Aceh dan Turki, Negara Impianku". Kukira, Gunongan hanyalah bangunan tanpa arti. Ternyata, Gunongan menyimpan bukti cinta Sultan Iskandar Muda kepada Putroe Phang, istrinya.
![]() |
Gunongan |
Bangunan ini putih, menjulang tinggi dengan dinding yang tebal dan ukiran yang khas. "Arsitek nya dari Turki" kata Pak Pemandu santai, tak sesantai pikiranku yang dengan cepat berpikir "Ini menjadi salah satu bukti kedekatan Aceh dan Turki, Negara Impianku". Kukira, Gunongan hanyalah bangunan tanpa arti. Ternyata, Gunongan menyimpan bukti cinta Sultan Iskandar Muda kepada Putroe Phang, istrinya.
Pemandu membuka pintu gerbang. Bangunan ini
bisa dimasuki, bukan hanya pajangan belaka. "Ini tempat bermainnya Permaisuri" kata Kak Ade
menambahkan ketika kami hendak masuk ke Gunongan.
![]() |
Pemandu membuka pintu masuk ke dalam Gunongan (Aku baru tahu ternyata Gunongan dapat kita masuki). |
![]() |
Melewati terowongan terlebih dahulu setelah melewati pintu masuk. |
![]() |
Dan inilah akhir dari terowongan. |
Awalnya aku heran, bagaimana mungkin
tempat main seorang Permaisuri melelahkan seperti ini? Sama sekali tak ada
tempat lapang, yang ada hanyalah tangga dan tangga.
Oh, Putroe Phang ternyata merindu kepada
kampung halamannya di Pahang, Malaysia, saat dirinya ditinggal berperang oleh sang Sultan. Ia rindu tanah Pahang yang berbukit-bukit, tidak seperti tanah
Banda Aceh yang hampir datar. Ia rindu berjalan-jalan naik-turun di tanah kelahirannya yang berbukit itu. Rindu ini kemudian diobati oleh Sultan Iskandar
Muda dengan membangun sebuah Gunongan.
Putroe Phang adalah panggilan rakyat Aceh
kepada Putri Kamaliah, Permaisuri dari Sultan Iskandar Muda. Hal ini karena Putri
Kamaliah berasal dari Pahang, sebuah daerah di negara Malaysia. Selain cantik,
Putroe Phang terkenal cerdas. Ia menyelesaikan masalah rakyat dengan solusi
yang tepat. Kelak, kecerdasannya diwarisi oleh putrinya, Putri Syafiatuddin.
Tepat di samping Gunongan, tersebutlah
sebuah Kandang. Kandang tidak berarti tempat tinggal binatang. Kandang memiliki
arti, empat sisi. Bangunan ini memang bebentuk persegi, memiliki empat dinding
dan tanpa atap. Sekarang, di dalamnya terdapat makam menantu sang Sultan,
Sultan Thani. Awalnya, Kandang merupakan tempat jamuan keluarga Sultan, ada
juga yang menyebutkan tempat jamuan Sultan dan rakyat.
![]() |
Penampakan Kandang dari atas Gunongan |
Taman Putroe Phang sendiri, dibelah oleh sebuah sungai. Sejarah mengatakan bahwa disana lah tempat Permaisuri berenang dan akan
beristirahat di Pintoe Khob bersama Dayang-Dayang Permaisuri. Disini pula Putroe Phang, yang berhasil menarik perhatian Sultan ketika Sang Sultan dan
pasukannya menaklukkan Kerajaan Pahang, mengobati kerinduannya akan kampung
halamannya.
Mengetahui bahwa Area Gunongan dan Taman
Putroe Phang yang kini terpisah oleh satu ruas jalan, ternyata awalnya menyatu,
membuatku berdecak kagum. Betapa luasnya taman Sang Permaisuri, seluas cinta
Sultan kepadanya. Perempuan yang cantik dan cerdas.
Selain membuktikan kecintaannya kepada sang
Permaisuri, sejarah membuktikan bahwa Sultan adalah pemimpin yang adil. Bahkan
terhadap darah dagingnya sendiri. Tersebutlah seorang Putra Sultan yang
didapati berzina dengan seorang wanita, sehingga hukum rajam harus dijatuhkan
padanya. Maka Sultan pun menyutujui hukuman yang dijatuhkan pada Sang Buah
Hati. Dirajamlah ia sampai akhirnya maut menjemput.
Begitulah pemimpin. Di satu sisi, ia
penuh cinta. Di sisi lain, ia bersikap tegas dan adil.
Itulah alasan terakhirku untuk cinta yang
semakin dalam, sejarah. Sejarah Kota ini begitu mempesona dan luar biasa. Dari
atas Gunongan, aku menatap Kota Banda Aceh penuh arti. Aku bermimpi kelak Banda
Aceh akan dipimpin oleh pemimpin yang berbudi luhur layaknya Sultan Iskandar
Muda, dan memiliki seorang penasihat yang cerdas dan adil layaknya Putroe Phang.
![]() |
Kak Aini (kiri) dan yang punya blog (kanan) |
Kota Madani, 9:23 PM
Hilwa Salsabila
Wow, detailnya dijabarkan dengan sangat menarik. Semoga sukses dengan karya-karyanya :-)
BalasHapuswih aku blm sempat main kesana. Mungkin lain kali bisa yak :D
BalasHapusmampir kemari ya http://mhdharis.wordpress.com/2014/04/27/banda-aceh-punya-situs-objek-wisata-tsunami-yang-wajib-dikunjungi/
Iwa, i love you full :D
BalasHapuswahhhh, akhirnya. ini hasil petualangan ke gunongan hari itu yaaa...
BalasHapusTulisan yang menarik. Info tentang Wisata Aceh disini juga ada : http://acehplanet.com/
BalasHapusAdek. Indah sekali, Thanks untuk keberadaan kakak di sana. ;)
BalasHapus